
Malam kian larut. Beku dan pekat. Bibir pemuda itu telah kering. Lidahnya terasa kelu sedangkan tangan dan perutnya keroncongan. Pemuda itu berdiri dan berlalu. Ia pergi menjauh dari kota. Lantas ia bersimpuh di bawah sebatang pohon. Ia menangis dengan tangis yang pahit. Matanya berkaca-kaca. Pemuda itu kemudian menengadahkan wajahnya ke langit. Dan, ia mengadukan nasibnya. Ia berkata. "Tuhan, diriku telah menjumpai orang-orang kaya untuk mencari pekerjaan, tetapi mereka memalingkan muka sebab kainku yang lusuh dan koyak. Diriku telah mengetuk pintu rumah sekolah, tetapi mereka tak memberikan izin diriku untuk masuk sebab diriku tak mempunyai apa-apa. Diriku mencari kerja hanya untuk kehidupan sehari-hari, namun mereka tak menerimaku sebab takdirku berlawanan denganku. Oleh karena itu, diriku pun menjadi peminta-minta.
"Setiap orang yang memuja Dirimu, duhai Tuhan, menatap diriku ini penuh rasa hina, dan mereka berkata bahwa diriku ini adalah orang yang kekar dan kuat. Sedangkan rasa belas kasihan tidak diperuntukkan bagi mereka yang enggan dan tak cekatan. Tuhan, kau membiarkan diriku terlahir ke dunia atas iradat-Mu. Diriku tercipta pun oleh karena Dirimu. Tetapi mengapa orang-orang itu menutup rizqi untuk diriku yang telah kucari-cari atas namaMu?"
Dan pada saat itu pula parasnya menjadi berubah. Pemuda itu tegak berdiri. Sinar matanya liar layaknya binatang cemerlang. Lantas, dari dahan-dahan pohon yang kering ia membuat tongkat. Ia mengangkat tongkat itu ke arah kota lantas ia berseru lantang. "Diriku mencari rizqi dengan peluh bercucuran tetapi tak kuperoleh apaapa. Mulai saat ini, diriku hendak mengambilnya dengan segenap tenaga dari tangan bajaku. Diriku telah meminta sepotong roti dengan nama cinta, tetapi tiada satu pun manusia yang mendengarnya. Maka mulai saat ini diriku hendak mencarinya atas nama angkara ..."
Masa pun berganti masa. Dan telah banyak pula leher manusia terpenggal oleh si pemuda. Ia melakukannya untuk memperoleh emas dan permata. Ia juga memotong tubuh-tubuh orangorang untuk memenuhi nafsu makannya. Dari hari ke hari ia semakin kaya. Ia pun ternama sebab kekuatan dan kekejamannya. Ia ditakuti oleh hamba-hamba hukum tetapi dicintai oleh para pencuri. Pada suatu ketika, seorang pembesar memilih dirinya menjadi wakil negara di kota itu
Pemuda itu berdiri dan berlalu. Ia pergi menjauh dari kota. Lantas ia bersimpuh di bawah sebatang pohon. Ia menangis dengan tangis yang pahit. Matanya berkaca-kaca. Pemuda itu kemudian menengadahkan wajahnya ke langit. Dan, ia mengadukan nasibnya. Ia berkata. "Tuhan, diriku telah menjumpai orang-orang kaya untuk mencari pekerjaan, tetapi mereka memalingkan muka sebab kainku yang lusuh dan koyak. Diriku telah mengetuk pintu rumah sekolah, tetapi mereka tak memberikan izin diriku untuk masuk sebab diriku tak mempunyai apa-apa. Diriku mencari kerja hanya untuk kehidupan sehari-hari, namun mereka tak menerimaku sebab takdirku berlawanan denganku. Oleh karena itu, diriku pun menjadi peminta-minta.
"Setiap orang yang memuja Dirimu, duhai Tuhan, menatap diriku ini penuh rasa hina, dan mereka berkata bahwa diriku ini adalah orang yang kekar dan kuat. Sedangkan rasa belas kasihan tidak diperuntukkan bagi mereka yang enggan dan tak cekatan. Tuhan, kau membiarkan diriku terlahir ke dunia atas iradat-Mu. Diriku tercipta pun oleh karena Dirimu. Tetapi mengapa orang-orang itu menutup rizqi untuk diriku yang telah kucari-cari atas namaMu?"
Dan pada saat itu pula parasnya menjadi berubah. Pemuda itu tegak berdiri. Sinar matanya liar layaknya binatang cemerlang. Lantas, dari dahan-dahan pohon yang kering ia membuat tongkat. Ia mengangkat tongkat itu ke arah kota lantas ia berseru lantang. "Diriku mencari rizqi dengan peluh bercucuran tetapi tak kuperoleh apaapa. Mulai saat ini, diriku hendak mengambilnya dengan segenap tenaga dari tangan bajaku. Diriku telah meminta sepotong roti dengan nama cinta, tetapi tiada satu pun manusia yang mendengarnya. Maka mulai saat ini diriku hendak mencarinya atas nama angkara ..."
Masa pun berganti masa. Dan telah banyak pula leher manusia terpenggal oleh si pemuda. Ia melakukannya untuk memperoleh emas dan permata. Ia juga memotong tubuh-tubuh orangorang untuk memenuhi nafsu makannya. Dari hari ke hari ia semakin kaya. Ia pun ternama sebab kekuatan dan kekejamannya. Ia ditakuti oleh hamba-hamba hukum tetapi dicintai oleh para pencuri. Pada suatu ketika, seorang pembesar memilih dirinya menjadi wakil negara di kota itu.
Begitulah, orang-orang dengan sifatnya yang serakah telah membentuk penjahat yang menyedihkan. Serta dengan kekejamannya mendorong putra-putra yang baik itu menjadi manusia-manusia pembunuh.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar